Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 26 Februari 2014

Mahasiswa Tidak Canggung Mengajar, Manfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Kuliah Micro Teaching: Mahasiswa Tidak Canggung Mengajar, Manfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Mahasiswa sedang belajar di luar kelas
“Saat mahasiswa praktik mengajar, mereka sebetulnya tidak semata belajar transfer knowledge, tapi mereka melakukan transfer pengalaman pembelajaran dengan meniru model pembelajaran dosennya. Karena itu, jika kita ingin mereka menerapkan pembelajaran aktif, kita dosen penting membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” kata Nursalam, dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar. Itu alasan Fasilitator Pembelajaran Kontekstual USAID PRIORITAS itu selalu memberikan perkuliahan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan kepada mahasiswa. Seperti praktik di bawah saat mendampingi mahasiswanya semester VI Prodi Matematika.
Supaya kuliah micro teaching menarik bagi mahasiswa, Nursalam memfasilitasi mereka menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual di dalam dan luar kelas. Dengan team teaching Fitriani dan Anita Purnama Putri mahasiswa yang berperan guru MTs menyajikan materi Himpunan untuk siswa kelas VII semester ganjil. Mereka nampak rileks dan tidak canggung lagi mengajar di depan kelas. Bahkan, persiapan perangkat pembelajarannya lengkap. RPP dan LKS mereka rancang untuk pembelajaran aktif dan kontekstual.
Selama 2x45 menit Fitriani dan Anita mengelola  pembelajarannya dengan model pembelajaran kooperatif di dalam dan luar kelas. Tahapan pembelajarannya meliputi:  apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran, pembagian kelompok, pengerjaan LKS (observasi, kerja, dan diskusi kelompok di dalam dan luar kelas), presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab, penguatan hasil pembelajaran, dan refleksi proses dan konten pembelajaran.
Agar semua siswanya  terlibat  aktif dalam kegiatan pembelajaran, Fitri dan Anita menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas sebagai sumber belajar. Untuk itu, mereka membagi siswanya ke dalam 6 kelompok heretogen. Masing-masing kelompok diberikan satu LKS yang berisi tugas (1) mengamati dan mencatat kumpulan-kumpulan benda yang ada di ruang kelas, di taman depan kelas, di samping kelas, di belakang kelas, dan di samping gedung   serta di lapangan yang ada di sekitar kelas. Beragam benda-benda yang diamati sebagai sumber belajar seperti: kumpulan motor, pepohonan, batu-batuan, rerumputan, sampah plastik, dan dedaunan kering di halaman. Selama proses pengamatan berlangsung, Fitri dan Anita mengarahkan siswanya untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang kumpulan benda yang ditemukan, khususnya kesamaan dari benda-benda itu; (2) memberikan penamaan kumpulan-kumpulan benda yang dikumpulkan itu lalu memberikan nama himpunan untuk  kumpulan-kmpulan tersebut. Dari kegiatan pembelajaran itu, siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis benda yang dapat dikelompokkan ke dalam satu himpunan. Dan akhirnya dapat membuat simpulan sendiri tentang definisi himpunan.
Proses pembelajaran kemudian dilanjutkan di dalam kelas dengan kegiatan presentasi hasil belajar kelompok, diskusi, dan tanya jawab. Fitri dan Anita saling bergantian menjadi fasilitator diskusi. Di bagian akhir pembelajaran, Fitri menguatkan pemahaman siswanya dengan dua cara memberikan Kuis Tebak-Tebakan Himpunan dan Demonstrasi Keabsahan Himpunan. Cara yang kedua itu, dirinya mengundang tiga orang teman perempuannya tampil di depan lalu bertanya “Apakah benar kalau mereka ini berada dalam himpunan perempuan cantik?” jawaban dan argumentasi beragam pun muncul. Fitri lalu menegaskan “Tidak benar kalau dikatakan himpunan perempuan cantik. Karena cantik tidak memiliki ciri dan persamaan yang mutlak,”ujarnya.
Di akhir pembelajaran, Fitri dan Anita melakukan refleksi pembelajaran. Mereka mengundang tanggapan teman-temannya tentang proses dan hasil pembelajaran yang dicapai. Fitri, Anita dan teman-temanya nampak begitu menikmati perkuliahan aktif itu. “Saya sangat suka dengan perkuliahan seperti ini. Sebelum praktik micro teaching, dosen menjelaskan tentang pembelajaran inovatif beserta model-modelnya. Kami deberikan kebebasan untuk merancang dan mengembangkannya. Akhirnya kami tidak merasa kaku lagi untuk melakukan PPL,”papar Anita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar